Categories
Buku Eksklusif Penulis Review

SEGERA TERBIT Namaku Alam, Spin Off Novel Pulang karya Leila S. Chudori

Sebelas tahun setelah Pulang, Leila S. Chudori mempertemukan
kembali pembaca dengan sosok Segara Alam dalam novel terbarunya Namaku Alam. Novel ini direncanakan akan terbit dalam dua jilid. Dalam jilid pertama, yang akan rilis 20 September 2023, Alam mengajak pembaca menjenguk kisah masa kecilnya hingga ia duduk
di bangku SMA. Sejak belia dicap sebagai anak pengkhianat negara, Alam tumbuh sebagai seorang anak lelaki pemberang yang tak pernah jeda bergulat memahami identitasnya: akankah ia terus hidup dengan beban sejarah menggantung di pundaknya atau, sebaliknya, ia akan sanggup berdamai dan hidup tenang tanpa atribut ayah yang tak sempat dikenalnya.

Namaku Alam adalah novel coming of age, bercerita tentang pergumulan remaja yang tumbuh dewasa pada era 1980-an, lengkap dengan berbagai urusan sekolah dan sistem pendidikan dasar pada masa itu hingga persoalan menjaga kewarasan mental, seperti
mengendalikan amarah atau emosi, dan melerai gejolak asmara remaja. “Novel ini bukan lanjutan dari Pulang yang terbit pada Desember 2012, tetapi berada satu semesta dengan beberapa tokoh yang sama,” terang Leila.

Untuk memberikan penjelasan lebih detail mengenai plot dan karakter buku terbaru dari penulis novel terlaris Laut Bercerita ini, Penerbit KPG bekerja sama dengan Klub Buku Narasi menggelar konferensi pers bertajuk “101 tentang Namaku Alam” melalui Zoom pada Kamis, 3 Agustus 2023 pukul 19.00 WIB. Leila S. Chudori akan menjawab segala pertanyaan terkait buku ini, dipandu oleh Tenni Purwanti, penulis yang juga pengurus Klub Buku Narasi. Dalam pertemuan itu juga akan dibeberkan berbagai penawaran eksklusif yang bisa pembaca dapatkan dengan menjadi pemesan pertama novel ini.

Collectible Item: Edisi Pertama Bernomor

Sebagaimana buku Leila S. Chudori yang lain, buku ini akan memuat ilustrasi yang memikat dan terasa hidup karya Toni Masdiono, kartunis dan karikaturis lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Namun, berbeda dari buku-buku sebelumnya, Namaku Alam,
khusus cetakan pertama, akan memiliki ciri khas yang unik, yakni setiap buku akan bernomor urut, yang membuatnya layak jadi collectible item. Nomor urut pembelian ini akan diundi dalam kesempatan-kesempatan tertentu dan pemilik bukunya akan mendapatkan hadiah kejutan dari Penerbit KPG.

Bagaimana cara mendapatkan paket istimewa ini? Pembaca dapat mengikuti prapesan perdana yang dibuka di TikTok Shop Gramedia pada 8 Agustus 2023 mulai pukul 12.00 WIB. Spesial untuk para pemesan pertama di Tiktok ini akan mendapatkan bonus sebagai
berikut:

  1. Buku dengan tanda tangan basah dari penulis;
  2. Tiga lembar artprint bertandatangan ilustrator buku Namaku Alam, Toni Masdiono;
  3. Gantungan kunci akrilik spesial Namaku Alam; dan
  4. Diskon 10% tanpa minimal pembelian.

Masih pada 8 Agustus, novel Namaku Alam jilid 01 juga bisa dipesan melalui Shopee dari toko KPG Official Shop dan Gramedia Official Shop mulai pukul 14.00 WIB. Bonus yang ditawarkan sama dengan yang di TikTok, tapi stoknya lebih terbatas.


Periode prapesan kedua dibuka pada 9-15 Agustus 2023 di semua Gramedia Store di daerah Jawa, Sumatra, dan Bali, dan di teman-teman toko buku lain. Bonus yang ditawarkan berupa buku bertandatangan cetak (bukan basah) dari penulis dan gantungan
kunci spesial. Sementara untuk prapesan di Gramedia.com, Gramedia Official Store di Tokopedia, Gramedia Official Shop dan KPG Official Shop di Shopee pada periode yang sama, bonus yang ditawarkan berupa artprint dan buku bertanda tangan cetak (bukan
basah) dari penulis.

Sinopsis Namaku Alam

Inilah yang kubayangkan detik-detik terakhir Bapak:

18 Mei 1970.

Hari gelap. Langit berwarna hitam dengan garis ungu. Bulan bersembunyi di balik ranting pohon randu. Sekumpulan burung nasar bertengger di pagar kawat. Mereka mencium aroma manusia yang nyaris jadi mayat bercampur bau mesiu. Terdengar lolongan anjing berkepanjangan. Empat orang berseragam berbaris rapi, masing-masing berdiri dengan senapan yang diarahkan kepada Bapak. Hanya satu senapan berisi peluru mematikan. Selebihnya, peluru karet. Tak satu pun di antara keempat lelaki itu tahu siapa yang kelak menghentikan hidup Bapak.


Pada usianya yang ke-33 tahun, Segara Alam menjenguk kembali masa kecilnya hingga dewasa. Semua peristiwa tertanam dengan kuat. Karena memiliki photographic memory, Alam ingat pertama kali dia ditodong senapan oleh seorang lelaki dewasa ketika dia masih
berusia tiga tahun; pertama kali sepupunya mencercanya sebagai anak ‘pengkhianat negara’; pertama kali Alam berkelahi dengan seorang anak pengusaha besar yang menguasai sekolah dan pertama kali dia jatuh cinta.
Namaku Alam adalah kisah anak eks tapol yang masih saja dilimpahi ‘kutukan Orde Baru’; sebuah kisah ‘coming of age’. Segara Alam, seorang anak lelaki pemberang yang mencoba mencari identitasnya, apakah dia hadir di dunia dengan beban sejarah di pundaknya, atau
bisa hidup dengan tenang, tanpa atribut ayahnya yang tak sempat dikenalnya.

Namaku Alam adalah kisah pencarian identitas seorang remaja; bagaimana dia mengatasi dendam beberapa dekade karena keluarganya didiskriminasi sepanjang sejarah Indonesia.

Tentang Leila Salikha Chudori

LEILA S. CHUDORI adalah purnakarya jurnalis Tempo dan penulis Indonesia yang menghasilkan berbagai karya cerita pendek, novel, dan skenario drama televisi. Buku-bukunya yang telah diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia adalah Malam Terakhir, Pulang, Nadira, Laut Bercerita dalam versi softcover dan hardcover, serta yang akan terbit Namaku Alam.
Novel berjudul Pulang menceritakan empat wartawan Indonesia yang tak bisa kembali ke tanah air setelah peristiwa tragedi 1965. Ini merupakan seri pertama dari semestanya yang kemudian dilanjutkan dengan Namaku Alam yang terbit tahun ini.

Pulang memenangkan Khatulistiwa Award untuk Prosa Terbaik 2013 dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi  “Home”  (terjemahan  John H.McGlynn, diterbitkan oleh Yayasan Lontar dan oleh Deep Vellum, AS). Tahun 2015 World Literature memasukkan “Home” sebagai satu dari 75 Novel Terjemahan yang Diperhatikan (75 Notable Translations of 2015). Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman dan Italia.

Lima tahun kemudian, Leila meluncurkan novel berjudul Laut Bercerita yang berkisah tentang para aktivis yang diculik tahun 1998 dan belum kembali hingga kini.
Peluncuran novel ini disertai penayangan film pendek “Laut Bercerita” yang disutradarai Pritagita Arianegara, produksi Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Cineria Films. Pada 2020, Laut Bercerita diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John H.McGlynn menjadi “The Sea Speaks His Name” dan diterbitkan oleh Penguin Random House South-east Asian (S.E.A). Novel Laut Bercerita memperoleh Penghargaaan S.E.A. Writers Award 2020 dan IKAPI Award sebagai Book of the Year tahun 2022.

Tentang Tenni Purwanti

Berprofesi sebagai jurnalis sejak tahun 2011, Tenni sudah bekerja di tiga media: Kompas.com, Femina Group, dan saat ini bertanggung jawab sebagai Social Media Development Klub Buku Narasi. Di luar pekerjaan utamanya, Tenni rutin menulis personal esai dan cerpen di berbagai media massa. Ia juga telah menerbitkan dua buku. Pertama,
kumpulan cerpen Sambal dan Ranjang (GPU, 2020). Kedua memoar tentang penyintas Gangguan Kecemasan berjudul Butterfly Hug (Mojok, 2021).

Tentang Klub Buku Narasi

Klub Buku Narasi adalah komunitas yang setia pada semangat menebar virus membaca di tanah air secara inklusif. Dibentuk sejak Agustus 2019, Klub Buku Narasi punya program rutin berupa Bookshelf Tour, Seri Rekomendasi, Dibacain, dan Buku untuk Semua. Klub Buku Narasi juga sering mengadakan aktivasi dan giveaway lewat #KBNBeliinBuku #KBNBagiinBuku #MonthlyPicksKBN dan #FridayReadDayKBN. Tak ketinggalan sesi diskusi bersama para penulis dalam Writers Hangout (IG Live bersama penulis yang
bukunya baru terbit), The Writers Club (workshop Zoom), dan Friday Book Club (membahas buku bersama sang penulis).

Tentang Penerbit KPG

Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) adalah salah satu penerbit di bawah payung Kelompok Kompas Gramedia yang memiliki tradisi memadukan bisnis dan kegiatan sosial.

Didirikan pada 1 Juni 1996, KPG berusaha meningkatkan melek sains dan keterbukaan pikiran pembaca dengan menerbitkan buku-buku sains dan humaniora, baik lokal maupun terjemahan.

KPG memiliki beberapa lini, yaitu POP (IG: @penerbitpop) untuk pembaca remaja dan dewasa muda dan Kiddo (IG: @penerbitkiddo) untuk anak-anak. Tidak hanya menerbitkan
buku, kini  KPG  juga bergerak di bidang penerbitan konten. Kunjungi KPG di situs resminya: siapabilang.com.

Facebook & YouTube: Penerbit KPG
X, Instagram, Threads, dan TikTok: @penerbitkpg

Categories
Eksklusif Penulis

EKSKLUSIF! Tsana dan Cerita di balik Rintik Sedu

Dikenal sebagai Rintik Sedu adalah salah satu hal yang sangat disyukuri oleh Nadhiffa Alya Tsana, orang yang berada di balik Rintik Sedu yaitu penulis dari Buku Minta Dibanting. Lewat karyanya, tidak hanya teman baru yang ia temukan, namun ia juga bisa ikut berada diantara luapan emosi pembacanya. Bahkan, di umurnya yang baru menginjak 22 tahun pada 4 Mei kemarin, ia sudah meluncurkan Buku Minta Dibanting, buku unik yang sukses mengobrak-abrik hati, dan buku ke-6-nya yang berkolaborasi langsung dengan sastrawan Indonesia, Sapardi Djoko Damono, yaitu Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang.

Kenapa namanya Rintik Sedu?

Ia memilih nama pena Rintik Sedu karena Ia ingin rasa sedih yang pembacanya rasakan, bisa seperti rintik yang cepat kering dan berlalu.

“Rintik itu nggak lebih merepotkan dari hujan. Sedu itu suara isakan habis menangis. Aku memilih nama Rintik Sedu supaya kesedihan yang mereka rasakan, ketika membaca tulisan-tulisanku, bisa seperti rintik yang cepat kering dan berlalu.”

Terkenal dengan tulisan-tulisan galau percintaan dalam Buku Minta Dibanting yang ‘mengena’ sekali di hati pembacanya, siapa sangka, perempuan yang akrab di panggil Tsana ini bukanlah orang yang sering galau karena percintaan. Tsana mengaku, ia adalah orang yang sangat santai dan suka bercanda. 

“Sebenarnya, Tsana itu orang paling santai di dunia, nggak bisa serius dalam hal apa pun. Makanya susah dapet pacar karena banyak yang bilang aku terlalu bercanda. Padahal aku ini tipe yang main-main tapi diam-diam serius. Anjay. “

Apa sih sumber inspirasi Tsana dalam menulis?

Berawal menjadi pendengar curhat kisah cinta teman-temannya yang memiliki cerita dan karakter yang berbeda, ia mendapatkan inspirasi dan menjadikan kisah teman-temannya dalam bentuk tulisan-tulisan Rintik Sedu. Ia juga perlu mendengar kegalauan orang lain bahkan mendengar berbagai lagu atau buku yang dapat membuatnya mendalami perasaan yang dialami teman-temannya untuk bisa galau. “Asli, ini beneran, soalnya kisah cintaku super flat. Biasa banget. Hahaha.” 

Menurutnya, cara paling mudah dalam mencari inspirasi adalah menulis dari apa yang dilihat, didengar, bahkan yang dirasakan sendiri. Kuncinya, sering-seringlah memperhatikan hal-hal kecil yang terjadi di sekeliling kita.

Apa arti pembaca bagi Tsana?

Dari berbagai hal yang terjadi di sekelilingnya, ia berhasil menuangkan berbagai kejadian menjadi tulisan yang ‘menyentil’ pembacanya, dan itu bukan tanpa sebab. Menurutnya, rasa senang belum tentu bisa terjadi setiap hari, namun kegalauan manusia itu terjadi tiap waktu. Ia ingin menjadi teman di berbagai emosi pembacanya. Setidaknya, mereka tahu bahwa mereka tidak merasakannya sendiri. 

“Hal paling kusyukuri adalah pembacaku mengenalku lewat karyaku, lewat Rintik Sedu, bukan sebagai Tsana. Jadi memang buku yang jadi alasan kami berteman. Itu super menyenangkan.”

Apa tulisan favorit Tsana dalam Buku Minta Dibanting?

Seringkali mencari bahan tulisan dari teman-teman atau lingkungan sekitar membuat Tsana jarang merasa relate dengan tulisannya sendiri. Uniknya, ada salah satu tulisan dari Buku Minta Dibanting yang menjadi favoritnya. 

“Tidak satu tujuan saja, kesulitan. Apalagi yang tidak satu keyakinan.” 

Alasannya pun sederhana, “tumben aja merasa relate sama tulisan sendiri. Biasanya super jarang.”

Wah, gitu dong. Sekali-sekali berada di posisi pembacanya, yaa? 

Bagaimana Tsana mengatasi rasa jenuh?

Setiap penulis pasti akan menemukan titik jenuhnya, mungkin begitu pula dengan Tsana. Namun, hal itu tidak menjadi alasannya berhenti menulis untuk Rintik Sedu. Lalu apakah Tsana pernah jenuh menulis? Ini jawaban Tsana.

“Sejujurnya belum pernah, dan semoga nggak akan pernah. Mungkin karena memang aku menulis ketika aku mau, ketika ada mood-nya. Mungkin karena aku taurus yang juga sangat moody. Makanya nggak bisa dipaksa harus nulis ini di waktu ini, itu nggak akan jadi apa-apa selain ngeluh sama kamar sendiri. Jadi kalau lagi nggak nulis, ya aku baca buku, atau buat podcast, atau makan sushi, hahaha. Aku ini kayaknya penulis paling lelet di masanya, karena waktuku justru lebih banyak habis dengan baca buku orang lain daripada ngerjain buku sendiri.”

Bukan berarti tidak ada rasa jenuh sama sekali, Tsana pun memiliki rencara untuk istirahat dari dunianya sendiri setelah lulus kuliah nanti. Entah itu kuliah lagi, atau bahkan untuk kabur sebentar ke luar negeri. “Dari 2015 aku melakukan semua hal ini tanpa stop, kayaknya udah waktunya nentuin kapan mau mampir rest area.”

Harapan Tsana di usia yang ke-22 tahun

Menginjak usia baru, setiap orang pasti memiliki harapan-harapan tertentu untuk kedepannya. Namun, berbeda dengan Tsana. “Hahahaha fun fact, aku nggak pernah punya wish tiap ulang tahun,” ujarnya. Termasuk di usianya yang baru saja genap 22 tahun. 

“Aku segitu enggak sukanya berharap dan minta sesuatu. Menurutku, semesta akan kasih tanpa perlu minta segala. Jadi, yang kulakukan yaa stay sane aja.”

Tsana percaya, bahwa segala hal yang tulus, pasti akan menemukan yang sejatinya. Hal itulah yang selalu dipegang dan dijadikan prinsip dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sehingga, apa pun yang ia lakukan, selama ia selalu bersikap tulus, maka semesta akan membantunya dan memberikan jalan.

Dapatkan promo potongan Rp15.000 khusus Buku Minta Dibanting karya Rintik Sedu! Cek disini yaa!

Categories
Penulis

Joko Pinurbo dan Kesulitannya Menulis Srimenanti

Beberapa waktu lalu, pengarang kumpulan puisi Celana Joko Pinurbo mendapatkan Anugerah Kebudayaan 2019. Dilansir dari Detik, Penghargaan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut diberikan langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Joko Pinurbo yang kerap disebut Jokpin masuk ke dalam kategori pelaku atau pelestari seni bersama Kill the DJ dan Sanggar Tari Bali Sasarswati KPB Purantara Yogyakarta.

Pada April 2019 lalu, Jokpin menerbitkan karya prosa perdananya berjudul Srimenanti yang merupakan eksplorasi terhadap puisi “Pada Suatu Pagi Hari” karya Sapardi Djoko Damono. Menurut Jokpin, puisi tersebut bisa dikembangkan dengan persona seorang perempuan yang ternyata mengalami trauma sejarah dalam hidupnya. Itu mengacu pula pada puisi-puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono.

“Karena kalau saya yang lahir di zaman Orde Lama mengalami banyak trauma dari rezim ke rezim. Saya mengalami trauma tahun ’65-’66 lalu tahun 1998. Maka, saya isi puisi itu dengan tokoh yang saya reka sendiri—yaitu seorang perempuan yang mengalami trauma,” ujar Jokpin dalam acara bincang buku bersama Dewi Kharisma Michellia di acara Festival Literasi 2019 pada Senin (30/9) lalu.

Puisi “Pada Suatu Pagi Hari” membuat Jokpin membayangkan seorang perempuan yang ingin merayakan kesedihannya sekaligus ingin menyembuhkan traumanya. Kandungan tersebut yang kemudian tertuang dalam prosa perdananya itu. Ia memberi pemahaman bahwa tidak hanya kebahagiaan saja yang perlu dirayakan, tetapi kesedihan pun perlu.

Lebih lanjut, melalui Srimenanti Jokpin ingin menyampaikan bahwa seni—termasuk sastra khususnya puisi—itu memiliki daya terapi terhadap seseorang. Ia pun berpetuah untuk sabar ketika membaca Srimenanti. “Membaca karya saya harus sabar karena akan banyak menemukan ruang senyap atau celah seni yang harus Anda isi dan kembangkan sendiri,” ujar Jokpin.

Pada acara yang diselenggarakan di Gedung Dhanapala, kompleks Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) tersebut, Jokpin mengakui kesulitan dalam membuat prosa—terutama saat mengerjakan Srimenanti. Ia membandingkannya dengan ketika dirinya menulis puisi. Menulis puisi bisa dicicil, tapi menulis prosa tidak bisa.

“Menulis prosa itu perlu kedisiplinan yang sifatnya panjang. Kalau nggaknggak akan selesai. Kalo menulis puisi, saya bisa tidak terikat dengan waktu, saya hari ini dapat sebaris, setelah itu kehabisan ide atau malas, lalu lanjutkan kapan-kapan itu bisa,” terang Jokpin.

Perencanaan yang jelas dan kedisiplinan adalah kata kunci dalam menulis prosa yang ditekankan oleh Jokpin. Ia mendisiplinkan diri untuk merampungkan naskah Srimenanti hanya dalam kurun waktu tiga bulan. Untungnya, Jokpin sudah mencicil naskah prosanya yang bahannya sudah siap sejak belasan tahun lalu. Ia menyebutkan bahwa naskah prosanya merupakan pengembangan dari cerpen “Laki-Laki Tanpa Celana” yang masuk ke dalam buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi.

Penasaran dengan prosa perdana Joko Pinurbo? Temukan Srimenanti di Gramedia.com!

source: https://www.gramedia.com/blog/joko-pinurbo-dan-kesulitannya-menulis-srimenanti/

Categories
Penulis

Punya Anak Sutradara Hollywood, Ini 5 Fakta Tentang NH Dini!

Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia, salah satu novelis legendaris, NH Dini meninggal dunia pada Selasa (4/12/2018) silam.

Penulis novel Pada Sebuah Kapal ini tutup usia di 82 tahun setelah mengalami kecelakaan di Tol KM 10 Kota Semarang.

Selain dikenal sebagai novelis, perempuan bernama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin itu juga merupakan ibu dari sutradara animasi Hollywood, Pierre Coffin.

Berikut 5 fakta tentang NH Dini yang menarik untuk kita ketahui!

Tertarik Menulis Sejak Masih SD

NH Dini lahir di Semarang, 29 Februari 1936 dari pasangan Salwjowidjojo dan Kusminah.

Sejak masih duduk di bangku kelas tiga SD, NH Dini sudah mulai tertarik untuk menulis.

Hampir semua buku pelajarannya kala itu penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan dari pikiran dan perasaannya sendiri.

Ingin Menjadi Masinis

Meskipun memiliki ketertarikan dengan dunia menulis, tetapi NH Dini enggak memiliki cita-cita sebagai penulis.

Saat kecil, ia justru memiliki impian untuk menjadi supir lokomotif atau masinis kereta api.

Sayangnya, impiannya itu harus terkubur dalam lantaran ia enggak menemukan sekolah bagi calon masinis kala itu.

Mulai Menulis Sejak Usia 15 Tahun

Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Kala itu, ia sering mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek.

Setelah itu, ia mulai menulis sajak serta prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI, Semarang saat berusia 15 tahun.

Sejak saat itu, ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar

Penghargaan dari Thailand

Hingga kini sudah lebih dari 20 buku yang ditulis oleh NH Dini. Ia juga sudah pernah mendapat berbagai penghargaan termasuk di kancah Internasional.

NH Dini berhasil meraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari pemerintah Thailand.

Meskipun begitu, NH Dini enggak pernah mengakui dirinya sebagau sastrawati, ia mengaku hanya seorang pengarang.

Menikah dengan Diplomat Perancis

NH Dini menikah dengan seorang Diplomat Perancis pada 1960 setelah bertemu pada 1956 saat ia masih bekerja di Garuda Indonesia Airways.

Dari pernikahannya itu, NH Dini dikaruniai dua orang anak, Marie Claire Coffin dan Pierre Coffin.

Sayangnya, pada 1984 NH Dini memutuskan untuk bercerai dan kembali ke Indonesia.

Sutradara Animasi Hollywood

Anak laki-laki NH Dini, Pierre Louis Padang Coffin atau biasa dikenal Pierre Coffin, saat ini bekerja sebagai sutradara film animasi di Los Angeles, Amerika Serikat.

Salah satu karyanya yang sangat fenomenal adalam Despicable series dan Minions.

Tanggal 2 Maret 2019, Bentara Budaya menyelenggarakan acara diskusi dan apresiasi sastra “Semarang dalam Karya N.H Dini” di Gramedia Balaikota, Sekayu, Semarang. Acara ini diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karya sastra N.H Dini semasa hidup. Adapun Gramedia Balaikota, Sekayu dipilih sebagai tempat acara untuk mengenang kehidupan masa kanak-kanak hingga remaja N.H Dini yang tinggal di Sekayu Semarang. Sekayu sendiri menjadi judul buku karangan N.H Dini yang diterbitkan tahun 1994. 

Anda pecinta sastra Indonesia? Datangi acara diskusi dan apresiasi sastra “Semarang dalam Karya N.H Dini” di Gramedia Balaikota, Sekayu, Semarang, Jalan Pemuda No 138 Semarang, tanggal 2 Maret 2019 pukul 14.00 WIB.

Foto : Raditya Mahendra Yasa/KOMPAS

Artikel telah diedit ulang oleh : V. Arnila Wulandani/MYVALUE

sumber: https://cewekbanget.grid.id/read/061252671/punya-anak-sutradara-hollywood-ini-5-fakta-tentang-nh-dini?page=2